Selasa, 24 September 2013

tajuk rencana


Tragedi Jembatan Mahakam
Jembatan Mahakam 2 yang diresmikan tahun 2002 ambruk! Empat orang dilaporkan tewas, sejumlah orang luka-luka, dan korban lain masih dicari.
Ambruknya jembatan gantung terpanjang di Indonesia dan disebut sebagai Golden Gate di Kalimantan itu ramai dalam percakapan di media sosial dan media online. Selain soal investigasi penyebab ambruknya jembatan, penyelamatan korban yang masih tenggelam harus terus dilakukan. Sejumlah orang dilaporkan masih hilang. Langkah darurat harus segera diambil agar transportasi di kawasan tersebut segera bisa dipulihkan.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono langsung menggelar rapat dan memerintahkan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono dan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto meninjau lokasi. Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo juga mengutus Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Sutarman untuk menyelidiki runtuhnya jembatan itu. Langkah cepat Presiden itu patut diapresiasi!
Ambruknya jembatan gantung Mahakam 2, yang panjangnya 710 meter, memang patut diselidiki. Fondasi jembatan itu selesai tahun 2000 dan jembatan Mahakam 2 itu diresmikan tahun 2002. Artinya, jembatan itu baru berumur sepuluh tahun. Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum Djoko Murjanto, sebagaimana dikutip situs berita Kompas.com, menyebutkan, sesuai desain awal, jembatan Mahakam 2 didesain hingga 40 tahun, bahkan hingga 100 tahun. Ia menduga perawatan yang abai menjadi penyebab ambruknya jembatan.
Investigasi terhadap ambruknya Mahakam 2 harus dilakukan. Apakah ambruknya jembatan karena ada unsur kelalaian manusia karena jembatan itu sedang diperbaiki? Namun, apa pun, pengurangan kekuatan jembatan dari yang dirancang untuk beroperasi 40 tahun, tetapi ambruk dalam kurun waktu sepuluh tahun, harus menjadi titik awal penyelidikan. Penyelidikan forensik teknologi perlu dilakukan untuk mengetahui penyebab ambruknya jembatan. Apakah ambruknya jembatan itu karena pengurangan spesifikasi bangunan atau karena desain teknis atau karena penyebab lain. Ahli fisika pernah mengutarakan bahwa pembangunan konstruksi jembatan Mahakam tidak mempertimbangkan teori dasar perubahan angin.
Jika problemnya karena faktor kurangnya perawatan, kita pun mempertanyakan mengapa perawatan itu tak dilakukan sewajarnya? Padahal, orang yang melewati jembatan itu dipungut retribusi Rp 1.000, tanpa dasar hukum.
Kita menggarisbawahi pernyataan Djoko Murjanto soal perawatan. Bangsa ini punya kelemahan kultural dalam hal perawatan. Kita bisa membangun apa saja, tetapi kita lemah dalam pemeliharaan. Mahakam 2 hanyalah salah satu dari banyak jembatan di Indonesia. Kita tak ingin ambruknya Mahakam 2 itu menulari jembatan lain. Audit harus dilakukan terhadap jembatan lain. Penyediaan infrastruktur yang aman adalah tanggung jawab pemerintah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar